Cepat Kembali
/
0 Comments
Kematian itu pasti datang, tidak ada yang tahu. Kematian itu menakutkan, tidak ada yang tahu. Kematian lebih menakutkan ketika kamu sudah mengetahui kapan waktunya ia datang. Ketika dokter memberitahumu kalau waktumu sudah tidak lama lagi. Tapi, apa kita harus sepenuhnya percaya? Kita belum berusaha. Tidak ada yang tahu.
Betapa sederhana memilih bagaimana cara berlawan atau mati. Kematian paling mulia adalah setelah melawan - Pramoedya Ananta Toer.
Kepada dia yang masih terbaring di rumah sakit,
Aku masih ingat saat dulu kamu sering memarahiku karena kenakalanku atau cuma sebagai bahan amarahmu. Diam - diam aku membencimu dan memakimu. tetapi kamu diam-diam peduli denganku.
Aku masih ingat saat dulu kamu mengajakku naik kereta ke kampusmu di daerah Bogor, saat itu aku masih SD dan belum pernah naik kereta.
Aku masih ingat saat dulu kamu membelikanku hape impian pertamaku dari gaji pertamamu, yang tidak lama diambil orang lalu aku nangis sejadinya berhari-hari.
Aku masih ingat saat dulu kita sering bernyanyi bersama, teriak-teriak karena selera musik kita yang sama, karenamu juga aku jadi tahu dan menyukai musik era 80 - 90an.
Aku masih ingat saat kamu memutuskan untuk menikah dan aku tidak bisa hadir di hari yang membahagiakan itu karena ada kegiatan wajib dari kampus.
Aku masih ingat saat kamu sudah menjadi ibu dari seorang anak cantik, akupun sudah tumbuh semakin dewasa sehingga kita sama-sama disibukkan dengan urusan masing-masing dan kita sudah tidak seperti dulu lagi.
Aku masih ingat awalnya yang kamu rasakan,
ketika kamu sudah mulai jalan pincang dan semua pengobatan sudah kamu coba. Begitu cepatnya penyakit itu menyerang. Ia tidak ganas dan ketahuan dalam waktu yang lama, tapi bisa mengganaskan dan dapat tumbuh dengan cepat. Betapa menyesalnya orang-orang yang ada di sekitarmu mengetahui itu terlambat, tapi betapa hebatnya dirimu dengan ikhlas merelakan semua itu.
Aku masih ingat semuanya sampai saat ini kamu harus terbaring di rumah sakit,
yang dulunya terlihat adalah keceriaanmu, sekarang aku hanya melihat tangis kesakitanmu. Keinginanmu yang luar biasa untuk dapat terus menjalani kehidupan ini, sampai keputusan amputasi itu yang kamu pilih, betapa sakitnya penderitaan yang kamu lawan selama itu. Sungguh aku tidak bisa bayangkan sebagian dari badanmu yang sudah ringkih harus diambil juga. Tuhan Maha Kuasa.
Tuhan, angkatlah penyakitnya, semoga ini memang jalan yang terbaik agar ke depannya bisa lebih baik. Kalaupun ia merasa lebih baik seperti ini dibanding harus terus melawan kesakitan itu, kuatkanlah dia, dan kembalikanlah semangat serta keceriannya.
Rumah ini masih sepi dan berduka, setelah kepergian Akung dan kamu yang masih belum kembali dari rumah sakit. Semua orang sayang sama kamu, menunggumu kembali meramaikan isi rumah ini. Anakmu juga merindukan sosok ibu yang hebat dan penuh kasih sepertimu. Selamat atas kelancaran operasimu. Rumah menunggumu. Cepat kembali.