Yang bisa kita lakukan adalah
berdamai dengan sisi lain manusia
yang tak bisa kita mengerti.
Setidaknya, itu membuat kita
untuk tidak mengutuk atau membalasnya
- Parang Jati.
*****
Setelah lama aku menghindari dan menghilangkan keberadaanku dari dirimu agar aku tidak terlibat masalah denganmu, karena bersamamu semuanya menjadi masalah, ya walaupun dengan masalah aku merasa lebih hidup, tapi tidak untuk beberapa waktu terakhir ini. Aku ingin mati sejenak. Menikmati hidupku tanpa permasalahan yang itu-itu saja, yang sudah aku mengerti jalan ceritamu.
Ahhh, lagi-lagi harus ada pertemuan siang itu. Aku duduk manis mendengarkan semua ucapanmu. Menyimak semua kata yang terucap dari bibirmu. Apa lagi yang akan dijelaskan olehmu? Ah basik. Tanpa perlu ada pertemuan ini, aku juga sudah menduga, kamu akan bilang begitu. Masalah klasik.
Betapa hinanya...
Jadi, alasanmu dulu begitu karnanya.
Trus, sekarang maksudmu meminta kembali karnaku.
Betapa gatau dirinya...
Lalu kamu bertanya, apa alasanku menolakmu.
Gue emang bajingan.
Iya. Bukan itu tapi alasanku.
Ada yang bilang padaku: Kalo orang brengsek, dia melakukan kesalahan trus meminta maaf, dan memperbaiki kesalahannya. Kalo kamu: melakukan kesalahan, mengakuinya, minta maaf, ngulangin kesalahan yang sama, mengakuinya, minta maaf, dan ngulangin lagi, begitu seterusnya sampai terbiasa.
Ya sebejat itulah dirimu. Ngerti? Kamu pun hanya tersenyum.
Ya sebejat itulah dirimu. Ngerti? Kamu pun hanya tersenyum.
Katamu, jangan pernah menilai orang dari ucapannya aja kan?
Kalo dari ucapannya aja gak bisa dipegang, gimana bisa dinilai kelakuannya. Emang sikap dan perilakumu sudah cukup baik untuk dinilai lebih? gak perlu aku jelasin lagi kan. Lagi-lagi kamu hanya tersenyum
Aku gak bisa mengembalikan rasa yang sama setelah rasa itu kuhilangkan. Aku pernah sekali menelan muntahan yang keluar dari mulutku. Aku gak mau menelan muntahan yang sama untuk kedua kalinya. Setelah aku merasakan apa isi dari muntahan itu. Menjijikan. Betapa menjijikannya diriku.
Setiap orang pasti berubah, kamu juga bilang sudah berubah, tapi apa perlu aku lagi yang merasakan perubahan hanya dari mulutmu itu? Ah tidak perlu. Aku sudah cukup mengenalmu, bukan aku gak mau mengenalmu lagi, tapi ya sudah cukup untuk kita yang katanya saling memahami, saling mengerti, dan saling menyayangi. Terimakasih atas kata sayang yang dulu kamu ucapkan tanpa pernah aku rasakan. Bahkan sampai saat ini, kita duduk berdua menikmati obrolan kita, sayang itu hanya sebatas kata darimu.
Ahhh, lagi-lagi aku negatif tentangmu. Sudahlah, pikiranku memang sudah negatif tentangmu, jadi buat apa kamu memintaku lagi, kamu sendiri juga kan yang bilang aku begini.
Betapa kamu menyesali semua yang telah kamu lakukan sebelum ini. Only know you love her when you let her go. Kamu cuma gak bisa menghargai kenyataan. Dan aku adalah hal yang pernah nyata dalam hidupmu. Kita gak bisa mengulang waktu. Apa artinya penyesalan kalo gak memberikanmu pelajaran apa-apa. Aku gak bisa mengajarkanmu, kamu yang banyak mengajariku, biarlah aku jadi pengalamanmu. Karena pengalaman merupakan pelajaran terpenting bukan? semoga begitu.
Aku tidak mempermasalahkan masa lalu, aku merasa lebih baik sekarang ini. Tanpa kamu meminta maaf, aku sudah lebih sering memaafkanmu. Terimakasih atas pertemuan dan obrolan siang itu. Entah kenapa aku selalu menikmati obrolan bersamamu. Betapa berpengaruhnya dirimu atas semua ini. Dan inilah tulisan terakhir tentangmu.