Mengejar Jeramnya Citanduy

/
0 Comments
Tulisan yang tertunda, kegiatannya sudah terlaksana sejak  22Desember2013.

Rencananya udah dari beberapa hari yang lalu, siap-siapnya udah dari sabtu pagi, ngumpulnya udah dari siang. Obrolannya ngalor ngidul. Ujung-ujungnya berangkat malam naik bis. 
Dikata Tasik deket....
Alhasil, sampai Minggu, ngarung Minggu, baliknya Minggu itu juga. Minggu yang indah.

All the stuffs are packed.

pkl 2.38 sampai di Terminal Tasik.
Minggu pagi yang cerah tapi hujan rintik-rintik membasahi tanah, sendu sekali cuaca hari ini.
Tim pengarungan sudah siap untuk segera turun sungai, sarapan lalu pemanasan terlebih dahulu biar otot-otot gak kram. Setelah itu kami langsung menuju lokasi gudang perahu, menyiapkan alat-alat untuk pengarungan nanti. Safety first :)

Tim pengarungan Astaers

pemanasan

persiapan alat
 
Alat sudah siap, saatnya perjalanan menuju Citanduy. Yuhuuuuu~
Tim pengarungan ada lima belas. 13orang dari kami, bang Lepi, dan temennya bang Lepi.
Pengarungan dengan 2 perahu dan 1 kayak.
Tiap perahu diisi 6 awak dan 1 skipper. Salah satu perahu kondisinya kempes, harus sering dipompa.
Tetap semangat. Kejar jeramnya!!!!!



"Happiness only real when shared"

Siaaap ngarung
Jeram demi jeram kami lewati dengan semangat dan penuh keceriaan. Dengan mulus. Kami semua sorak sorai gembira, gak mikir halangan seberat apa di depannya. Yang kami cari memang kebahagiaan dan kepuasan melewati jeram.
Citanduy termasuk sungai dengan grade IV. Lumayan bahaya bagi orang awam. Apalagi kalo hujan turun, arusnya semakin deras.
Gimana enggak, jeram terus-terusan, jeramnya juga panjang-panjang. Jeraaaam, edise bentar, jeraam lagi, jeram lagi, edise bentar, jeraaam panjang, begitulah seterusnya.
Tapi kami semua sangatlah menikmati.
Selain udaranya yang sejuk, pemandangan yang disajikan sangatlah indah, dikelilingi bukit-bukit, kanan kiri masih tebing dan hutan. Sungainya juga sepi sekali, tidak ada mesin-mesin penambangan, sesekali ada rombongan pemancing.

istirahat sejenak


pompa perahu

Sampai pada akhirnya kita diingatkan untuk tetap selalu mengingatNya dalam kondisi apapun. Tuhan menyayangi umatnya dengan berbagai cara. Bersyukurlah bagi yang masih bisa menghirup udara bebas, yang masih bisa bergerak, ucapkanlah syukur selagi bisa.

Gak ada yang tau apa yang bakal terjadi ke depannya. Yang tadinya ceria, tertawa bahagia, tiba-tiba semua menjadi diam tak berkutik. Hanya doa yang diucapkan dalam hati.

Di Sungai Citanduy ini terdapat DAM, sejenis air terjun gitu tapi pendek, dan ternyata DAMnya jebol, di bagian yang jebolnya itu terdapat hidrolik dan besi-besi yang mencuat.

Perahu pertama lolos dari DAM, tetapi pas di jeramnya perahu mengalami rap. Gak bisa gerak kemana-kemana seperti stuck. Air semakin menenggelamkan perahu, makanan hanyut, para awak cuma bisa menggerak-gerakan perahu berharap perahu dapat terlepas, skipper yang panik cuma bisa diam. Untungnya disana ada Bandot, manusia yang berbadan besar, karena tubuhnya yang besar dan terus-terusan menggoyangkan perahu, akhirnya perahu pertama selamat.

Selanjutnya kayak yang melewati DAM, dan kayak pun terbalik, untungnya cuma ada satu orang, ketika perahu terbalik ia juga sudah tahu apa yang harus dilakukan, sebelum mencapai jeram, ia sudah meraih kayak dan langsung naik di atasnya. Kayak pun selamat.

Perahu terakhir yang melewati DAM, permulaan yang salah. Awak sudah lelah mendayung karena perahu yang nyangkut batu, perahu sudah keburu ketarik arus, kami semua terdiam, setelah berhasil menuruni DAM. Sepersekian detik, perahu langsung terbalik, para awak langsung mencar. Kondisi gue saat itu masih di dalam perahu, serasa gelap, mau keluar susah, karena di bawah batu-batu besar. Yang lain gak tau gimana kondisinya. Gue masih terjebak di dalam perahu, sampai akhirnya ada yang bantu gue keluar, keluar dari perahu malah kena hole, pusaran air sungai yang deras. Kepala gue masuk duluan ke dalem, seperti nyungsep tapi terus berputar-putar. Pusing. Setelah lama berputar-putar dalam pusaran, gue pun terbebas, tapi terus dihajar dengan jeram-jeram. Kaki gak bisa gue luruskan, kepala gue terasa kosong setelah terbebas dari hole barusan, kepala seperti tidak make helm. Pegangan gue dayung, karena gue selalu inget "jangan pernah melepas dayung", gue pegang terus tuh dayung, mau berenang jeram, kaki gue tetep nekuk, dengkul gue kehajar batu berkali-kali. Ternyata dayung gue patah, yang gue takutin kaki gue kenapa-napa. Di depan arus tenang, gue bisa selamat, bertahan, dikit lagi. Tapi itu rasanya gak kelar-kelar, panjaaaaang banget jeramnya. Entah berapa banyak air yang gue minum, pokoknya setelah itu perut gue kembung, dada gue sesak. Akhirnya gue selamat, berenang ketepian, kaki gue langsung gemetar tanpa henti, pikiran gue kosong. Kejadian apa yang barusan gue alami.
Terimakasih Tuhan, saya masih bisa napas dan kaki masih bisa napak. Alhamdulillah.

DAM

Jeram yang mematikan itu.

Persiapan sebelum melewati DAM

Akhirnya pengarungan selesai, hujan mengguyur semakin deras, arus pun semakin deras. Ternyata kami semua masih diberi keselamatan. Pengalaman berharga untuk ke depannya.

Menunggu jemputan

Tiga kurcaci tangguh!

kondisi dayung setelahnya

perahu sudah dilipat

kebersamaan tetap ada


Jangan pernah takut dengan hal baru di depanmu, sesungguhnya Tuhan bersama orang-orang yang pemberani dan yang selalu bersyukur. Never stop exploring.


You may also like

No comments:

Rahmania Habiba. Powered by Blogger.