yang paling aku takutkan bukanlah ketika aku harus kehilanganmu
tapi, ketika kamu tidak bisa kehilanganku, saat aku yang harus meninggalkanmu.
kamu bilang, aku gak mengerti perasaanmu.
apalagi yang harus kumengerti?
kamu tahu,
kesalahan terbesarmu adalah melakukan kesalahan yang sudah tidak bisa lagi kuterima,
aku sudah terlalu sering mengingatkanmu agar terhindar dari kesalahan itu,
aku sudah mempercayaimu lebih dari sebelumnya
aku sudah mencintaimu lebih dari sebelumnya
aku sudah,
ah sudahlah,
aku sudah terlanjur menaruh harapan terakhirku padamu, bahkan tujuan hidup kita sudah kita persiapkan bersama-sama.
ternyata jalan masih panjang ya.
aku juga gak ngerti apa yang menyebabkanmu melakukan kesalahan terbesarmu,
entah itu karnaku atau emang kamunya saja yang bodoh.
katamu sih kamu yang kelewat bodoh.
kamu terus memohon, meminta, bahkan menangis kepadaku agar aku kembali padamu. aku tidak bisa.
buat apa kita terus berjalan bersama,
dengan janji yang hanya bisa kau langgar,
dengan kata yang tidak ada kupercaya,
dan rasa benci. serta kenegatifan yang menyelimuti pikiranku tentangmu.
sampai akhirnya, bagaimanapun aku kepadamu, kamu akan tetap mencintaiku. katamu
sudahlah, siapapun kamu, aku tetap doain yang terbaik buat kamu kok. kataku menutup pembicaraan.
tapi, ketika kamu tidak bisa kehilanganku, saat aku yang harus meninggalkanmu.
kamu bilang, aku gak mengerti perasaanmu.
apalagi yang harus kumengerti?
kamu tahu,
kesalahan terbesarmu adalah melakukan kesalahan yang sudah tidak bisa lagi kuterima,
aku sudah terlalu sering mengingatkanmu agar terhindar dari kesalahan itu,
aku sudah mempercayaimu lebih dari sebelumnya
aku sudah mencintaimu lebih dari sebelumnya
aku sudah,
ah sudahlah,
aku sudah terlanjur menaruh harapan terakhirku padamu, bahkan tujuan hidup kita sudah kita persiapkan bersama-sama.
ternyata jalan masih panjang ya.
aku juga gak ngerti apa yang menyebabkanmu melakukan kesalahan terbesarmu,
entah itu karnaku atau emang kamunya saja yang bodoh.
katamu sih kamu yang kelewat bodoh.
kamu terus memohon, meminta, bahkan menangis kepadaku agar aku kembali padamu. aku tidak bisa.
buat apa kita terus berjalan bersama,
dengan janji yang hanya bisa kau langgar,
dengan kata yang tidak ada kupercaya,
dan rasa benci. serta kenegatifan yang menyelimuti pikiranku tentangmu.
sampai akhirnya, bagaimanapun aku kepadamu, kamu akan tetap mencintaiku. katamu
sudahlah, siapapun kamu, aku tetap doain yang terbaik buat kamu kok. kataku menutup pembicaraan.